Dr. H. Habiburrahman, M.Pd.
Wakil Ketua
I Bidang Akademik STID Mustafa
Ibrahim Al-Ishlahuddiny
“Keterampilan Literasi Digital Penting bagi
Mahasiswa Dakwah”
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Saya sampaikan selamat atas
diwisudanya para mahasiswa S1 Komunikasi dan Penyiaran Islam STID Mustafa
Ibrahim Al-Ishlahuddiny Kediri Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Semoga
ilmunya barakah dan dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat
serta berperan aktif dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang sangat cepat dan radikal. Hal ini berimplikasi terhadap perubahan
peradaban manusia dan berbagai aspek kehidupan. Perubahan adalah keniscayaan
dan sunnatullah. Realitas saat ini,
kita sudah berada di era yang serba digital, serba instan, serba cepat.
Perubahan-perubahan tersebut adalah salah satu produk Revolusi Industri 4.0.
Oleh sebab itu, setiap kita dituntut untuk menyesuaikan diri (adaptable). Jika tidak, maka kita akan
menjadi obyek sebuah perubahan dan kemajuan, bahkan bisa menjadi korban
perubahan. Seharusnya, setiap kita menjadi agen perubahan (agent of change).
Perguruan tinggi dakwah dituntut untuk
mengambil peran dalam menciptakan sebuah perubahan. Dalam hal ini, penting membekali para
mahasiswa dengan keterampilan literasi digital (digital literacy skills). Dahulu, bangsa kita menghadapi
permasalahan buta aksara. Seseorang yang tidak bisa membaca dan menulis
diberikan predikat buta huruf atau buta aksara (illiterate). Dalam konteks saat ini permasalahan kemudian
berkembang, literasi berevolusi dari hal-hal yang bersifat baca tulis dalam
arti yang sempit berkembang menjadi literasi digital. Literasi digital adalah
kesadaran, sikap dan kemampuan individu untuk secara tepat menggunakan alat dan
fasilitas digital untuk mengidentifikasi, mengakses, mengelola,
mengintegrasikan, mengevaluasi, menganalisis dan mensintesis sumber daya
digital, membangun pengetahuan baru, membuat ekspresi media, dan berkomunikasi
dengan orang lain, dalam konteks situasi kehidupan tertentu, untuk memungkinkan
tindakan sosial yang konstruktif. Universitas Cornell mendefinisikan literasi
digital sebagai "kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan,
berbagi, dan membuat konten menggunakan teknologi informasi dan Internet."
Literasi digital, dengan definisi di
atas, mencakup berbagai keterampilan, yang semuanya diperlukan untuk berhasil
dalam dunia yang semakin digital. Ketika media cetak mulai mati, kemampuan untuk
memahami dan menyampaikan pesan termasuk dakwah secara online menjadi semakin penting. Mahasiswa yang memiliki
keterampilan literasi digital akan mendapatkan banyak nilai tambah dibandingkan
dengan mereka yang tidak memiliki keterampilan literasi digital. Karena
literasi digital sangat penting, perguruan tinggi dakwah dituntut untuk
memasukkan literasi digital ke dalam kurikulumnya.
Secara empirik kita mulai mendapati
sebagian besar mahasiswa dakwah sudah menggunakan teknologi digital, seperti tablet, smartphone, dan komputer. Banyak
mahasiswa dakwah sudah tahu cara menavigasi web, berbagi gambar di media
sosial, dan melakukan pencarian dengan mesin pencari untuk menemukan informasi.
Namun, literasi digital sejati melampaui keterampilan dasar ini. Salah satu
komponen terpenting dari literasi digital adalah kemampuan untuk tidak hanya
menemukan, tetapi juga untuk mengevaluasi informasi. Ini berarti menemukan
jawaban untuk pertanyaan atau informasi yang dibutuhkan kemudian menilai apakah
sumbernya dapat dipercaya. Para dosen harus mengajarkan mahasiswa bagaimana
mengatakan apakah informasi di internet itu benar. Kemampuan untuk memahami
mana informasi palsu (hoax) dan
menemukan sumber yang dapat dipercaya adalah kunci dari literasi digital dan
keterampilan hidup (life skills) yang
penting pada abad 21 ini.
Para dosen dapat memulai dengan
mengajarkan mahasiswa cara menemukan informasi penulis, tanggal publikasi dan
informasi lain yang dapat mengungkapkan apakah sumber online dapat diandalkan. Mahasiswa juga harus belajar membedakan
antara berbagai jenis situs web. Misalnya, situs .com mungkin kurang dapat
diandalkan daripada situs .edu. Memahami perbedaan-perbedaan ini adalah salah
satu contoh literasi digital. Mempelajari cara mencari informasi hanyalah salah
satu bagian dari literasi digital. Mengetahui cara berbagi informasi adalah hal
lain. Mahasiswa hari ini harus terus-menerus diingatkan tentang bahaya
memposting gambar atau teks yang tidak pantas secara online. Kemampuan untuk membuat konten dan berbagi secara online dianggap sebagai bagian dari
literasi digital dan harus diajarkan di perguruan tinggi dakwah.
Mahasiswa harus tahu bagaimana tulisan digital berbeda dari tulisan
tradisional, misalnya, bagaimana memasukkan gambar dan tautan dalam tulisan.
Mereka juga harus memiliki pemahaman tentang jenis audiens yang mereka bagikan
secara online. Sama seperti esai
narasi pribadi berbeda dari makalah penelitian, sebuah posting di Facebook
berbeda dari artikel untuk situs web atau blog. Karena teknologi menjadi bagian
dari kehidupan sehari-hari, maka sangat penting bagi para dosen untuk
mengajarkan literasi digital di perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi
dakwah. Para mahasiswa akan membutuhkan keterampilan literasi digital untuk
menjadi sukses dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka.
Demikian dan sukses selalu buat para
wisudawan!
Wassalamu'alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Kediri, 18 Januari 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar